mari berbagi ilmu dan pengetahuan

15/03/09

KOLESTEROL TINGGI ?

KOLESTEROL TINGGI
( Pengobatan Alternatif )

Salah satu penyakit paling populer di zaman ini ialah kelebihan kolesterol
atau hiperkolesterolemia. Ia ditakuti lantaran bisa mengganggu kesehatan
jantung. Dengan berpantang makanan sumber kolesterol, kadar kolesterol
darah ini bisa dikurangi. Kalaupun sudah kadung tinggi, bisa diturunkan
dengan mengkonsumsi bahan alami seperti seledri, bawang putih, bawang
prei, atau temulawak.

Seorang pria eksekutif muda tiba-tiba saja menolak ajakan rekan-rekannya
menyantap tongseng ketika makan siang bersama di sebuah warung. Padahal
sebelumnya, makanan lezat yang terbuat dari daging kambing ini termasuk
favoritnya. Setelah diledek macam-macam, akhirnya dia buka kartu. "Gua
kena kolesterol, nih!". Rupanya, dia menderita kelebihan kadar kolesterol
alias hiperkolesterolemia. Ia lalu bercerita, seminggu sebelumnya hasil
pemeriksaan kesehatannya menunjukkan kadar kolesterol dalam darahnya sudah
menembus plafon sehat.

Dokter memang memberinya resep obat, tetapi - tahu sendiri - harganya
mahal. Ia hanya menebus resep sekali saja. Sebagai gantinya ia bertanya
sana-sini adakah bahan alami berkhasiat obat untuk melawan
hiperkolesterolemia, selain mencoba melakukan olahraga dan diet secara
teratur.

Celakanya, hiperkolesterolemia termasuk gangguan yang relatif baru
diketahui dalam dunia kedokteran. Makanya, tidak dikenal obat
tradisionalnya. Kalaupun kemudian diketahui obat alami untuk kondisi ini,
sifatnya bukanlah warisan nenek moyang. Untunglah, beberapa penelitian
sudah membuktikan adanya sejumlah bahan alami yang bisa dijadikan obat.

Beberapa tanaman yang telah diteliti dan memberi indikasi positif dalam
penyembuhan hiperkolesterolemia di antaranya adalah tanaman yang biasa
dipakai sebagai bahan sayur dan bumbu dapur. Umpamanya, bawang putih,
bawang prei, seledri, temulawak, belimbing wuluh, kunyit, dan teh hijau.

Seperti diketahui, selain bisa dibuat oleh tubuh di dalam hati, kolesterol
yang merupakan substansi lemak itu hanya ditemukan dalam bahan makanan
hewani. Dua komponen penting dari kolesterol adalah LDL (low-density
lipoprotein), yang disebut pula kolesterol "jahat", dan HDL (high-density
lipoprotein) yang disebut kolesterol "baik".

Sebenarnya, kita hanya perlu sejumlah kecil kolesterol yaitu untuk membuat
dan memelihara sel-sel saraf serta untuk membuat hormon. Kalau kadar
kolesterol dalam pembuluh darah berlebihan, maka sebagian kolesterol itu
akan mengendap. Hal ini memungkinkan terjadinya kalsifikasi atau
pengapuran sehingga pembuluh darah tidak elastis lagi. Akibatnya, timbul
tekanan darah tinggi.




Keadaan itu dapat membahayakan, terutama bila sampai menyebabkan pecahnya
pembuluh darah. Apalagi pembuluh yang pecah adalah pembuluh darah di otak
yang dapat menyebabkan kelumpuhan. Bila pengapuran terjadi di pembuluh
darah jantung, organ vital ini akan kekurangan pasokan darah sehingga
kekuatannya berkurang. Kalau aliran darah sampai tersendat, akan terjadi
infark jantung yang membuat denyut jantung tidak teratur atau sama sekali
tidak kuat. Akibatnya bisa fatal.

Mencegah penggumpalan darah
Untuk mencegah agar tidak mencapai tahap yang fatal, mau tidak mau kadar
kolesterol harus dinormalkan dengan menurunkan LDL dan meningkatkan HDL
dalam darah. Penelitian menunjukkan, untuk setiap penurunan tingkatan
kolesterol 1%, risiko penyakit jantung dikurangi sampai 2%.

Pada hewan percoban, sari bawang putih Allium sativum terbukti dapat
menurunkan kadar kolesterol serum dan trigliserida dalam serum darah. Ia
juga dapat menaikkan kadar HDL serta meningkatkan aktivitas fibrinolitik.
Umbi bawang putih ini pun bisa mencegah terjadinya infiltrasi (penyusupan)
lemak, menghambat atau mencegah agregasi platelet (bagian darah yang
berperan dalam pembekuan darah), sehingga penggumpalan darah tidak
terjadi. Semua ini mencegah terjadinya pengapuran dan akan mencegah
terjadinya tekanan darah tinggi serta serangan jantung (koroner). Maka tak
salah kalau bawang putih juga dikatakan bersifat antiarteriosklerosis.
Percobaan pada manusia lebih berarti untuk pencegahan.

Seluruh bagian tanaman bawang putih mengandung minyak atsiri. Kandungan
senyawa itu lebih banyak terdapat di dalam daunnya ketimbang pada umbinya.
Sayangnya, bawang putih mengeluarkan aroma menyengat. Untuk
menghilangkannya telah dicoba dengan mencampurnya dengan minyak atsiri
sirih. Juga telah dicoba dengan menggunakan campuran daun beluntas. Secara
in vitro, daun beluntas bisa menghilangkan bau bawang putih, tetapi tidak
mempengaruhi potensi bawang putih.

Diperlukan dua siung bawang putih atau sekitar 4 g setiap kali
mengkonsumsinya. Umbi putih dengan rasa menyengat ini dikunyah hingga
halus baru ditelan. Setelah itu minum air hangat secukupnya. Ini dilakukan
sebanyak tiga kali dalam sehari.

Penelitian menggunakan seledri Apium graveolens L. menunjukkan hasil
positif pada tikus putih. Kadar kolesterol darah hewan percobaan yang
diberi rebusan daun seledri ternyata menurun.

Rasa dan aroma bawang putih memang menyengat, tapi demi kesehatan, jangan
dipersoalkan.


Di dalam daun seledri terkandung senyawa glukosida, apiin, dan apoil yang
memberi aroma khas. Namun, senyawa apa yang berkhasiat menurunkan kadar
kolesterol darah belum terungkap.

Bila daun ini dipilih sebagai obat, diperlukan sebatang seledri yang
direbus dengan 1 gelas minum air hingga mendidih. Setelah dingin, minumlah
air rebusan itu. Dalam sehari cukup minum satu kali.

Terbukti pada hewan percobaan
Begitu pula ekstrak temulawak Curcuma xanthorrhiza dan kunyit Curcuma
domestica. Keduanya dapat menurunkan kadar kolesterol darah hewan
percobaan. Dengan dosis 6 ml, 8 ml, dan 10 ml, rimpang temulawak dapat
menurunkan kadar kolesterol total dan trigliserida darah kelinci yang
mengalami hiperlipidemia. Pada dosis 10 mg, 15 mg, dan 20 mg kurkuminoid
temulawak menurunkan kadar kolesterol total dan trigliserida. Khusus pada
dosis 20 mg, pengaruh yang diberikan berupa peningkatan HDL-kolesterol
darah. Sementara, kunyit mempunyai sifat menurunkan kadar kolesterol pada
tikus. Ini berkat kurkumin yang terkandung di dalamnya.

Daun bawang prei (Allium porrum L., A. fistulosum L.) termasuk yang telah
diteliti kemampuannya dalam menurunkan hiperkolesterolemia. Dalam
penelitian itu, digunakan tikus yang diberi ekstrak daun bawang prei yang
jumlahnya setara dengan 10 g bawang daun/kg BB (berat badan)/hari selama
60 hari. Hasilnya ternyata meningkatkan kadar trigliserida dan kolesterol
darah tikus. Tapi pada tikus yang dietnya diberi sukrosa, pemberian
ekstrak dengan jumlah dan jangka waktu sama ternyata dapat menurunkan
kadar trigliserida dan kolesterol darah.

Buah belimbing wuluh Averrhoa bilimbi L. yang biasa digunakan sebagai
bagian dari bumbu masak atau sayur, terbukti pula menurunkan kadar
kolesterol darah. Dari penelitian terbukti, air perasan belimbing wuluh
dengan volume 1 ml, 1,5 ml, 2 ml, dan 2,5 ml secara oral pada tikus putih
dapat menurunkan kadar kolesterol dalam serum darahnya.

Sementara pada dosis tertentu, 0,54 g/200 g BB, teh hijau ternyata mampu
menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, dan berat
badan tikus putih. Tapi teh hijau tidak mempengaruhi kadar kolesterol HDL.

Tikus yang dietnya diberi sukrosa bawang prei, kadar kolesterol darahnya
turun.

Sayangnya, takaran optimal empat bahan obat terakhir untuk menurunkan
kadar kolesterol pada manusia belum diketahui. Ini lantaran penelitian
belum sampai pada penerapannya bagi manusia. Data empiris pun masih belum
ditemukan. Untuk memanfaatkannya, memang perlu percobaan. Yang pasti,
semua tanaman tadi dalam penelitian tidak menunjukkan sifat toksik
(beracun), sehingga relatif aman untuk dicoba dalam upaya menurunkan kadar
kolesterol darah.

Bagaimanapun pengobatan merupakan langkah baik untuk menurunkan kadar
kolesterol darah yang telanjur tinggi. Namun, tindakan pencegahan tetap
lebih baik. Beberapa patokan sederhana untuk mencegah hiperkolesterolemia
di antaranya menambah kadar serat dapat larut dalam diet dengan makan
buah-buah, sayuran, kekacangan, dan bebijian; memilih lauk produk daging
putih atau ikan; menyingkirkan kulit sebelum memasak ayam; memilih daging
tak berlemak dan membuang semua lemak yang ada, serta mengkonsumsi dalam
porsi sedang.

Juga membatasi jumlah kacang tanah yang dikonsumsi; membatasi penggunaan
mentega, margarin, keju, dan minyak goreng dari kelapa atau kelapa sawit,
sebaliknya gunakan minyak bunga matahari, kedelai, kanola, atau minyak
zaitun; memilih produk-produk makanan dan minuman yang tanpa atau rendah
lemak; dan bila kelebihan bobot badan, sebaiknya lakukan penurunan bobot
badan dan olahraga. (Drs. B. Dzulkarnain)

0 komentar:

Posting Komentar